Seringkali, harapan terlalu besar diberikan kepada dunia ilmu pengetahuan. Ilmuwan diharapkan untuk dapat menyediakan 'holy grail', yang dapat menyembuhkan semua penyakit, dan segera dapat menyediakan harapan hidup yang jauh lebih panjang. Hanya saja, seringkali harapan-harapan tersebut lahir dari kesalahpahaman, yang tidak jarang melibatkan ilmuwan itu sendiri, dan juga media massa. Bioinformatika adalah ilmu yang melibatkan pengumpulan data biologis dalam jumlah besar, untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi kepentingan biomedis. Namun di satu sisi, bioinformatika dapat menyajikan kesimpulan ilmiah yang bermanfaat. Tapi di sisi lain, berharap secara berlebihan terhadap informasi yang diperoleh bioinformatika adalah suatu kecerobohan. Bagaimana kita bersikap terhadap perkembangan bioinformatika, yang sangat pesat ini?
Penafsiran Pepesan Kosong
Bioinformatika adalah ilmu yang berkembangan dengan sangat cepat. Publikasi ilmiah paling baru, yang kita baca hari ini, dalam hitungan bulan, bahkan minggu, akan segera menjadi out of dated. Software dan pipeline yang ada, harus selalu dikembangkan secara berkelanjutan. Jika perangkat lunak dan keras yang ada, sudah tidak memadai, maka langkah paling logis selalu adalah complete overhaul untuk mengembangkan sesuatu yang sama sekali baru. Di sinilah, kesadaran bahwa informasi yang ada selalu diupdate secara terus menerus adalah penting, supaya tidak menghasilkan informasi yang salah atau palsu. Bioinformatika bukanlah 'Holy Grail' yang bisa menyembuhkan semua penyakit. Di negeri barat, ada beberapa kasus tulisan sains populer, yang meramalkan penyembuhan penyakit mematikan, ternyata tidak terjadi. Ternyata ada kesalahpahaman antara akademisi dan pers, yang diakibatkan dari perbedaan interpretasi terhadap informasi yang ada. Kebenaran ilmu pengetahuan tidaklah absolut, dan hal ini terutama berlaku pada penelitian yang sama sekali belum konklusif. Klaim yang terlalu bombastis, sama sekali tidak bisa dijadikan patokan untuk kebenaran ilmiah. Hal tersebut mendorong pentingnya kerja sama yang optimal antara ilmuwan dan media massa, supaya tidak tergelincirnya informasi ilmiah menjadi pepesan kosong yang membingungkan publik.
Bioinformatika, sebagai ilmu yang sangat intensif dalam menghimpun informasi ilmiah, sudah seyogyanya dapat membantu memberi pencerahan kepada media, supaya publik mendapatkan informasi yang akurat, tanpa ‘overexaggeration’ (terlalu berlebihan). Kerja sama antara ilmuwan dan media massa seperti itu akan dapat terealisir, jika dilakukan pada tataran pendidikan. Program studi 'science communication' di Universitas adalah solusi untuk itu, yang telah dilakukan di beberapa negara seperti Amerika Serikat.
Pengambilan Kesimpulan dari Komputasi
Dialektika Pemikiran & Kenyataan
Komulasi Ide-ide seyogyanya dituangkan dalam bentuk modeling, untuk mendapatkan kesimpulan. Bioinformatika mengambil inspirasi dari Teknik Arsitektur. Sebagaimana kita ketahui, seorang Arsitek menggambar blueprint sebuah design konstruksi. Adapun yang bertugas menjadikan design tersebut menjadi konstruksi di dunia nyata adalah insinyur sipil, bukan arsitek itu sendiri. Bahkan bukannya tidak mungkin, desain para arsitek baru menjadi konstruksi riil di jauh hari kemudian. Bioinformatika tidak jauh berbeda dengan itu. Banyak hasil desain agen terapetik atau mekanisme biokimiawi bioinformatika baru dapat diuji di laboratorium kemudian, dan lebih lama lagi yang menjadi produk di pasaran. Namun, hal ini bukan berarti Bioinformatika tidak dapat berkontribusi sama sekali dalam dunia medis, pertanian, lingkungan, atau lainnya. Telah ada produk obat, vaksin, ataupun agen kesehatan lainnya yang telah beredar di pasar, yang proses produksinya dibantu oleh bioinformatika.
Sewaktu ilmu bioinformatika mulai dipopulerkan pada tahun 80an, daya komputasi yang tersedia untuk mengolah data biologis masihlah terbatas. Saat itu, PC masih belum dapat mengolah data skala gen, apalagi genom. Sementara itu, Mainframe dan mini-computer hanya dapat diakses oleh kalangan tertentu saja. Constraint dalam daya yang tersedia, menjadikan pengolahan data skala besar hanyalah mimpi belaka. Di saat itu, Bioinformatika masih belum dapat menjembatani gap antara realita dan imajinasi. Apa yang dipikirkan oleh ilmuwan, dalam bentuk modeling biologis, masih belum dapat direalisir.
Dr.rer.nat Arli Aditya Parikesit
Sumber: http://www.unikadelasalle.ac.id/news112_bioinformatika_antara_realita_dan_imajinasi.html
Komentar :
Menurut saya perkembangan teknologi di saat ini sudah semakin maju, khusunya di bidang biologi yaitu bioinformatika. Perkembangan tersebut memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif nya, manusia dapat menyelesaikan masalah yang menyangkut makhluk hidup secara lebih terorganisir dengan bantuan teknologi. Berbagai macam penyakit yang dulu nya tidak bisa disembuhkan, sekarang dapat terselesaikan dengan bantuan teknologi bioinformatika. Sedangakan dampak negatif nya, manusia akan ketergantungan pada teknologi saja. Bila teknologi tersebut melakukan kesalahan atau malfungsi, maka akan berakibat fatal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar